Tuesday, February 15, 2011

Menjual "Keajaiban RI" di Negeri Obama




Indonesia yang luar biasa atau remarkable Indonesia. Idiom baru yang disiapkan Badan Koordinasi Penanaman Modal bagi pencitraan Indonesia untuk menarik investasi baru dari Amerika Serikat. Citra Indonesia sebagai negeri "ajaib", yang menjanjikan keuntungan besar bagi investor.
Tahun ini saja, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah tiga kali bolak-balik ke AS untuk mempromosikan potensi investasi di Indonesia.
Indonesia memiliki sumber daya alam dan manusia yang berlimpah, menunggu aliran modal agar sumber daya itu bisa menghasilkan produk ekonomi.
"Kami sadar masih banyak kekurangan dan masalah yang menghambat investasi di Indonesia. Namun, kami memiliki kapasitas menyelesaikan semua masalah dan hambatan itu," kata Kepala BKPM Gita Wirjawan kepada sekitar 22 pemimpin dan ekonom lembaga keuangan di New York pada 6 Juli 2010, juga ketika berbicara di hadapan 25 orang lainnya di Washington DC, 8 Juli 2010.
Kondisi perekonomian Indonesia mampu bertahan dari deraan krisis keuangan global pada tahun 2008, bahkan masih dapat tumbuh lebih dari 4 persen. Keuangan Pemerintah Indonesia pun dinilai sehat karena mempertahankan rezim defisit APBN yang jauh di bawah batas bahaya 3 persen dari produk domestik bruto (PDB) dan rasio utang pemerintah berada di level 27 persen terhadap PDB pada akhir 2010.
Para pemilik modal AS juga diingatkan bahwa neraca perdagangan RI dan AS menunjukkan AS memiliki defisit yang cukup signifikan. Ini pertanda bahwa kapasitas ekonomi yang mengalir ke Indonesia belum maksimal. Total perdagangan RI-AS pada tahun 2009 mencapai 17,9 miliar dollar AS.
Ekspor Indonesia ke AS mencapai 10,8 miliar dollar AS atau 9,3 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia. Adapun impor dari AS sebesar 7,1 miliar dollar AS atau 7,3 persen dari total impor nonmigas Indonesia. Dari perspektif AS, Indonesia adalah pasar ekspor ke-38 terbesar dan pemasok ke-28 terbesar.
Dari sisi geografis, banyak yang bisa ditawarkan Indonesia dengan 17.500 pulaunya. Jika orang AS ingin menetap satu hari saja di setiap pulau itu, ia harus mengalokasikan waktu 48 tahun untuk melihat seluruh pulau di Indonesia.
Garis pantai Indonesia merupakan yang terpanjang di dunia, sekitar 100.000 kilometer. Belum lagi 10 persen spesies bunga di dunia ada di Indonesia, begitu juga 12 persen spesies mamalia, 25 persen spesies ikan, 17 persen spesies burung, dan 16 persen spesies binatang amfibi dunia ada di negeri ini.
Singkat kata, Indonesia surga untuk memperoleh untung sekaligus menyegarkan mata dan jiwa dengan keindahan alamnya.
Namun, apakah investor AS serta-merta menanamkan modalnya di Indonesia setelah tiga kali BKPM melakukan promosi?
Christos N Pitelis, peneliti dari University of Cambridge, Inggris, dalam jurnalnya mengingatkan, bukan ukuran suatu negara yang menjadikan daya saing investasinya menjadi unggul.
Negara kecil, seperti Singapura atau Malaysia, ternyata mampu menarik investasi jauh lebih kuat dibandingkan dengan Indonesia.
Hal itu karena kedua negara jiran itu fokus pada masalah yang dibutuhkan untuk investasi, seperti menyediakan insentif setinggi-tingginya dan menekan korupsi.
”Kami meyakini, jika sebuah negara sudah terfokus pada investasi langsung asing, kemudian dikaitkan dengan kluster-kluster bisnis di dalam negeri dan daya saing, pertimbangannya akan sama, baik negara kecil maupun besar,” demikian kutipan Pitelis dalam jurnal The Sustainable Competitive Advantage and Catching-up of Nations: FDI, Clusters, and the Liability (Asset) of Smallnes, 27 November 2008.
Empat nilai
Dalam teori Manajemen Strategi disebutkan, untuk mencapai keunggulan daya saing lestari atau kemampuan untuk mendapatkan nilai tambah di atas rata-rata nilai tambah para pesaing, sebuah perusahaan atau negara harus memiliki kompetensi inti.
Kompetensi inti hanya dapat diraih jika perusahaan atau negara memenuhi empat nilai, yakni memiliki kapabilitas yang bernilai tinggi, memiliki keunikan, keunikan tersebut sulit ditiru pihak lain dan, kalaupun dapat ditiru, butuh ongkos yang besar, serta memiliki kapasitas yang tidak tergantikan.
"Masalahnya, upaya atau rencana untuk berdaya saing tinggi di antara negara-negara lain justru tidak pernah terlihat lagi dalam rencana-rencana kerja pemerintah ataupun APBN,” ujar konsultan dan pengajar Manajemen Strategi Universitas Indonesia, Mochammad Hamsal.
Apakah Indonesia telah memiliki empat unsur kompetensi inti itu?
Di lihat dari sisi insentif, Gita yakin semua insentif nonfiskal sudah ditawarkan Indonesia, mulai dari pusat layanan investasi satu atap, kemudahan memulai berbisnis, mekanisme kerja sama pemerintah dan swasta akan dibuat agar investor tidak kebingungan, hingga kejelasan aturan main daftar negatif investasi.
Namun, dalam pemberian insentif fiskal, BKPM menilai ada kemunduran. Jika pada periode 1967-1983 ada insentif berupa tax holiday, saat ini Indonesia baru menawarkan tax allowance.
Tax holiday memungkinkan pengurangan pajak dalam jangka panjang, 10-20 tahun, adapun tax allowance hanya enam tahun.
Apa pun daya tariknya, AJ (Lonnie) Strickland, Thompson, dan John E Gamble dalam Crafting and Executing Strategy berpendapat, kreativitas adalah untuk memenangi kompetisi. Hanya kreativitas yang akan membawa sebuah negara atau perusahaan meninggalkan para pesaingnya dan mendapat nilai tambah di atas rata-rata nilai tambah yang didapat negara atau perusahaan lain.
Bill Hewlett, pendiri Hewlett-Packard, mengatakan, untuk memenangi persaingan, harus jelas ukuran sasaran yang ingin dikejar. ”Anda tidak akan mampu mengelola sesuatu yang tidak bisa Anda ukur. Apa yang sudah terukur harus dapat dipastikan untuk terkejar,” tutur Hewlett.
Dengan mengetahui posisi Indonesia di antara negara-negara ASEAN, dalam persaingan merebut investasi asing tentu akan menjadi pertimbangan yang sangat bermanfaat dalam menyusun strategi promosi.